Malam Tirakatan Menjelang 17 Agustus

Sudah menjadi tradisi, warga desa selopuro berkumpul di balai setiap tanggal 16 Agustus atau malam menjelang 17 Agustus. Acara tersebut dinamakan Malam Tirakatan yang mana acara tersebut dimaksudkan untuk menyambut hari Kemerdekaan sekaligus mengenang bagaimana bangsa Indonesia berjuang untuk menggapai Kemerdekaan.

Pembacaan surat Al Baqarah oleh Muhamad Mugni mengiringi acara tersebut telah pada tahap pembukaan. Pak Sunarto sebagai pembawa acara malam itu mempersilahkan Pak Suyanto selaku ketua panitia untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau  berpesan untuk selalu mengingat, menjaga dan meneruskan perjuangan para pejuang pendahulu. Disambung oleh Pak Mulyoko yang memimpin renungan 'Malam Tirakatan'. Dalam setiap kalimat doa dan renungan yang beliau utarakan bahwa mendapatkan kata 'merdeka' pada jaman dulu dan sekarang sama sulitnya. Dahulu, bangsa kita dijajah terang-terangan. Namun sekarang, masyarakat Indonesia dijajah melalui mental dan pikiran yang tidak bisa langsung dimusnahkan. Lewat renungan dan doa, kami meminta untuk lebih gigih menggapai kemerdekaan dalam bentuk apapun.

Sambutan dari kepala desa Selopuro turut mengiringi acara malam itu. Beliau mengingatkan dan terus mengingatkan betapa penting arti menghargai sebuah perjuangan, terutama berkaitan dengan kemerdekaan. Hal yang sederhana saja, tidak memasang bendera merah putih. Tindakan tersebut merupakan salah satu contoh tindakan tidak menghargai Hari Kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan yang telah gugur.

Pembagian piala lomba tilawah juga ikut mengisi 'Malam Tirakatan' dimana Pak Suyanto dipersilahkan untuk memberikan piala untuk juara ke-1, ke-2, dan ke-3 kategori juara tilawah untuk laki-laki. Sedangkan, Pak Sunarto diminta untuk menyerahkan ketiga juara tilawah kategori perempuan.(17/8/2015)

 

0 Response to "Malam Tirakatan Menjelang 17 Agustus"

Posting Komentar