ASAL USUL DESA SELOPURO

         Pada zaman nenek moyang kita, Tanah Jawa pada waktu itu masih hutan belantara yang ada hanya perkampungan. Pada zaman Kerajaan Majapahit tahun 1735M, Lasem sudah ada kerajaan sebagai Rajanya adalah Bhre yang ke 26, di wilayah selopuro tempatnya di Dukuh Tulis adalah sebagai kantor Bupati Lasem yang pertama. "Loji"  adalah sebagai kantor Bupati Lasem Suro Adi Menggolo orang tersebut berasal dari semarang pada tahun 1745M.
        Di wilayah Kabupaten Lasem, pada saat itu datanglah seorang dari negeri cina bernama Dampo Awang orang tersebut adalah seorang kaya raya dan dia berkeinginan menemui Sunan Bonang di Lasem sebagai Sunan yang berwibawa dan penuh ilmu. Suatu saat Dampo awang mencoba menantang dengan sunan Bonang, dan kapal Dampo Awang dijalankan sampai lewat dataran Lasem batas lautan sampai di Selopuro tepatnya di sebelah barat jalan Dukuh Topar, akhirnya Dampo awang dan Sunan Bonang perang. Sunan Bonang menang, dan Kapal Dampo Awang dilempar dengan batu oleh Sunan Bonang, kemudian kapal Dampo Awang pecah, adapun sisa batu yang digunakan untuk melempar masih satu yang ditaruh di congol yang akhirnya sekarang disebut Gunung congol. 

                Pemandangan dari watu cingol, merupakan tempat wisata lokal yang indah.

         Kemudian kapal yang pecah, tiang kapal jatuh di Bonang layarnya jatuh di pegunungan Bonang yang di sebut Watu Layar dan kendilnya terlempar di Teluweng yang disebut Gunung Kendil. Semuanya tersebar diwilayah Lasem bagian timur. Lalu Sunan Bonang mempunyai sohabat yang namanya "sayid maulana" dan istrinya yang bernama Sriwulan tempatnya di Dukuh Topar. Sahabat yang namanya Sunan Bonang dalam menunaikan ibadah sholat tepatnya dipasujudan sampai sekarang dinamakan "Mbah mingit". Sayet Maulana bermalam di tempat itu dan rencana pada malam hari akan membangun Masjid di lokasi mbah Mingit, tetapi tidak jadi karena orang-orang yang diberitahu pada malam hari itu jangan sampai mengetuk tampah (nggedok tampah) untuk menumbuk jagung atau gaplek. Orang-orang itu lupa apa yang dikatakan oleh Sayet Maulana yang akhirnya ayam-ayam sama kluruk dan berkokok waktu tengah malam. Masjid tersebut tidak jadi berdiri, baru di tata Umpak ( pondasi ) yang sekarang disebut Petilasan Kramat pesujudan Mbah Mingit di Dukuh Topar.
          Sebelumnya terjadinya Desa Selopuro terbagi menjadin 4 pedukuhan yaitu Dukuh Gepuro, Topar ,Klindon dan Tulis. Menurut crita para sesepuh Desa yang terdahulu pedukuhan yang paling tua yaitu Dukuh Gapuroyang sekarang disebut dukuh gepuro urutan kedua Dukuh Topar, ketiga Dukuh Klindon dan yang ke empat Dukuh Tulis. Dukuh Gapuro disebut dukuh tertua, karena Dukuh Gepuro sebagai pintu masuk kewilayahan selopuro.
  • Dukuh Gepuro pada zaman itu pernah menjadi pusat pemerintahan Desa atau petinggen yang dipimpin seorang petinggi yang bernama sumo lasi.
  • Kemudian Dukuh Topar juga pernah menjadi pusat pemerintahan Desa atau petinggen Topar yang dipimpin Kepala Desa bernama Abdul Roslan 
  • Dukuh Klindon juga pernah menjadi pusat pemerintahan Desa yang dipimpin oleh petinggi yang bernama Wirowar.
  • Yang terakhir Dukuh Tulis juga pernah menjadi pusat pemerintahan Desa atau petinggen pada waktu itu dipimpin yang bernama wardini suryaningrat.
Adapun Dukuh Ngadangan pada waktu itu masih dalam keadaan hutan belantara belum ada perkampungan, akan tetapi tempat itu strategis diperempatan jalan digunakan untuk mengadang pangan para tengkulak/ bakul dan para petani yang menjual dagangannya di situ seperti gaplek, jagung, ketela, randu dan lqin sebagainya dan dagangan ditimbang dengan memakai timbangan jagang tiga. Dan tempat sehari-harinya digunakan ngadang pangan kemudian tempat itu disebut ngadangan. 
         Dukuh Tulis wilayah pemerintahan Desa Selopuro yang dipimpin oleh petinggi Wardini Suryaningrat, kemudian pemerintahan selopuro yang terdiri dari beberapa wilayah dukuhan dijadikan satu menjadi Desa Selopuro yang artinya Selo yaitu watu atau batu dan Puro artinya gapuro atau pintu jadi selopuro adalah Gapuro yang terbuat dari Batu. Dengan meninggalnya petinggi Wardini Suryaningrat menjabat sampai tahun 1945. Setelah meninggalnya beliau Desa Selopuro mengadakan pilihan Kepala Desa dengan menggunakan biting yang dimasukan dalam bumbung kemudian yang mendapat jumlah paling banyak itulah yang menjadi petinggi atau Kepala Desa dan disaat itu yang menjadi petinggi yaitu Bapak Supangi. Beliau mulai menjabat Kepala Desa mulai tahun 1945 sampai tahun 1983. Selanjutnya pada tahun 1985 ada pilkades yang menjadi Kepala Desa yaitu Bapak Warman sampai tahun 1998 dan akhir tahun tepatnya tanggal 18 Desember 1998 diadakan Pilkades an yang menjabat Kepala desa adalah Bapak Fuat Fathono, beliau menjabat Petinggi sampai tahun 2006, dan Pilkades dilaksanakan kembali yang menjadi Kepala Desa adalah Bapak Sumarno tahun 2007 sampai sekarang.
 Demikianlah sejarah singkat asal usul wilayah-wilayah dukuhan yang menjadi satu desa Selopuro.
Sumber Cerita dari sesepuh Desa Selopuro 
Arsip dari Bayan dukuh Tulis
Penulis Supriyanto Teknik Mesin KKN PPM UNIMUS.
        

0 Response to "ASAL USUL DESA SELOPURO"

Posting Komentar